Intan: Pembinaan Bisa Menambah Rasa Percaya Diri

Dialah Intan(17), seorang siswa kelas XI SMAN 9 Bandung. Penerima beasiswa Ceria Rumah Zakat sejak 2008 ini ditinggalkan almarhum ayahnya lima tahun lalu. Ibunya, perempuan renta yang bekerja sebagai penjual jamu, kini tinggal di kampungnya di Jawa Tengah. Di Bandung, Intan tinggal bersama kakaknya di sebuah kontrakan sederhana yang tidak jauh dari sungai Cikapundung, Jalan Cihampelas No. 176/125 RT 06 RW 15 Kelurahan Taman Sari, Kecamatan Bandung Wetan, Kota Bandung.

Masa-masa indah saat berkumpul bersama keluarga masih terngiang dibenaknya. Kematian sang ayah menjadi pukulan keras untuk keluarganya. Ketika ayahnya meninggal ibunya memutuskan untuk kembali ke kampung halaman. Rumah sederhana yang terkena proyek jalan flyover Pasopati harus direlakannya dijual.
Keadaan seperti inilah yang terkadang membuatnya minder jika ada temannya yang ingin belajar bersama di rumahnya. "Bukannya tidak mau, tapi kasihan di sini sempit, hanya untuk tidur saja," kenangnya. Ini juga menjadikan ibunya memutuskan untuk pulang kampung, khawatir proses belajar putri bungsu-nya tertanggu. Meski berat Intan mengizinkan keinginan ibunya ini. "Mamah sering menjenguk ke sini atau saya yang pulang kampung kalau sedang liburan," kata Intan.

Berawal dari informasi temannya, Intan hanya coba-coba saja mendaftarkan diri mengikuti program Beasiswa Ceria dari Rumah Zakat. Tidak lama dari itu Intan berkesempatan mendapat beasiswa yang diberikan Rumah Zakat hingga sekarang. Kepercayaan diri membuatnya bahagia setelah menjadi anak asuh Rumah Zakat. "Bukan hanya beasiswa saja tapi mendapat pembinaan juga dari kakak mentor, " tutur Intan. "Ternyata pembinaan ini bisa menambah rasa percaya diri," tambahnya. Setelah mendapat pembinaan dan beasiswa dari Rumah Zakat, ada banyak perubahan yang dirasakan Intan. Setidaknya memberikan semangat kembali dalam menjalani hidup yang sebelumnya diliputi rasa sedih.

Dengan kepercayaan diri selepas pulang sekolah Intan banyak menyibukan diri dengan kegiatan ekstrakuliler di sekolah. Keinginannya untuk mengikuti les di luar sekolah nampaknya belum dapat diwujudkan. Faktor biaya tambahan menjadi kendalanya. Membaca novel, buku motivasi dan sejarah menjadi santapannya sehari hari. "ini menjadi hiburan bagi saya jika teringat mamah di kampung," katanya. Intan sangat menyadari perjalanan hidupnya masih panjang. Meskipun sekarang kondisinya jauh dari nyaman, harapannya tidak pernah redup. Banyak sekali rintangan dan hambatan yang harus dilaluinya. Yang paling dinantinya adalah  saat berkumpul bersama temannya dalam pembinaan mentoring Rumah Zakat. Satu cita-cita yang menjadi pembangkit motivasi belajarnya Intan yaitu membangun rumahnya kembali. "Saya ingin membangunkan lagi rumah untuk mamah supaya bisa berkumpul lagi dan ibadah haji bersamanya," ujar Intan penuh semangat. Ia pun mengakui beasiswa ini sangat membantu mewujudkan harapanya di masa mendatang.

Liputan bersama DAIA TV.

1 komentar: (+add yours?)

sigit mengatakan...

Saya berkata: emang benar, salah satu kunci sukses adalah niat baik yang dilaksanakan dengan fokus dan penuh semangat...

Posting Komentar