Catatan Harian Seorang Relawan

3-Januari-2007 SEMARANG. Bagi kalangan umum, memjadi relawan mungkin kurang menarik, atau bahkan tidak menarik sama sekali. Tapi tidak bagi diriku. Survey ke daerah calon lokasi penyaluran adalah sudah menjadi kewajibanku sebagai seorang Volunteer Commitee (Koordinator Relawan-red). Pergi kepedesaan, menyusup jalan-jalan di pinggiran kota, mengunjungi perkampungan kumuh atau bahkan jalan kaki mendaki bukit untuk mencapai daerah terpencil yang terisolir dan tidak memungkinkan untuk ditempuh dengan kendaraan bermotor, hal ini menjadi kenikmatan tersendiri untukku.


Kamis (28/12) sekitar pukul 13.00 setelah istirahat shalat dan makan siang, aku bersiap-siap untuk meninggalkan kantor. Siang itu aku ada janji untuk men-survey sebuah daerah yang pernah diajukan ke lembaga oleh seseorang beberapa waktu yang lalu untuk menjadi lokasi penyaluran hewan qurban dari Rumah Zakat Indonesia cabang Semarang.

Pukul 16.00 WIB aku sampai di rumah Bapak Haryono, beliaulah yang akan mengantarkan saya ke lokasi tersebut. Lokasi itu bernama Dusun Seklotok, Desa Getas Kecamatan Singorojo Kabupaten Kendal. Sebuah kabupaten yang berada di sebelah Barat Semarang. Setelah menunaikan shalat Ashar di Masjid yang berada tidak jauh dari rumah bapak Haryono, tiba-tiba turun hujan yang cukup lebat. Setelah menunggu kurang lebih 5 menit hujan baru reda. "Mas Budi kita naik mobil pick up saya saja, sekarang sudah musim hujan dan saya sudah tidak sanggup untuk berhujan-hujanan ria apalagi naik sepeda motor," pinta Pak Har padaku.

Diriku cukup tenang waktu Pak Har menggambarkan kondisi dusun tersebut. "se-dahsyat Njengkol kah?" tanya saya pada Pak Har. Njengkol adalah sebuah dusun terpencil yang hanya bisa ditempuh dengan jalan kaki, pernah dikunjungi oleh relawan Rumah Zakat Indonesia cabang Semarang dalam kegiatan orientasi calon relawan angkatan II. "Yang ini lebih dahsyat Mas!" Tegas Pak Har.

Setelah menempuh perjalanan sekitar 30 menit dari rumah Pak Har, mobil memasuki kawasan hutan karet. Jalannya naik turun dengan beberapa tikungan tajam dan jurang yang menganga di kiri jalan. Menurut penuturan, jarak yang harus ditempuh lebih kurang 6 KM dan akan melewati tiga desa. Syukur Alhamdulillah kami tiba dengan selamat. Beberapa orang yang kebetulan berada di teras masjid langsung menyambut kedatangan kami, seperti hujan yang kmbali turun sore itu.

Setelah istirahat sejenak, saya segera berkeliling desa itu dengan ditemani oleh seorang warga. Mengingat butuh waktu 2 jam untuk sampai Semarang maka saya segera undur diri setelah keliling kampung dan ngobrol dengan beberapa orang warga yang saya temui. Hujan masih turun waktu kami meninggalkan lokasi. Beberapa tanjakkan terjal telah kami lewati hingga tiba-tiba supir menghentikan laju kendaraan dan meminta kami turun untuk mencari ?pengganja?l ban agar mobil tidak mundur ke belakang.

Masyaalloh ternyata mobil tengah berada di pertengahan tanjakan dengan kemiringan sekitar 45 derajat, serta jurang yang menganga di bawah kami. Bersusah payah kami berusaha agar mobil bisa lewat dan akhirnya berhasil setelah dibantu oleh dua orang warga setempat.

Cobaan untuk kami ternyata belum berakhir. Seorang warga dengan bersepeda motor tiba-tiba meminta kami agar memutar arah karena didepan ada mobill lain yang akan lewat. Maklum jalan yang ada hanya bisa dilalui oleh satu mobil saja. Kami pun mengalah. Aku tetap mencoba untuk tertawa dengan rekan calon relawan peserta On Job Training yang saya ajak, meskipun sebenarnya saya cukup cemas. Dan akhirnya jalanan yang berlumpur, mendaki itu bisa kami lalui dengan selamat. Pukul 21.30 WIB kami baru sampai kembali di Kota Semarang.***

Newsroom/Budi Santoso
sumber: www.rumahzakat.org

0 komentar: (+add yours?)

Posting Komentar